Rabu, 17 Mei 2023

Perubahan Karakter Siswa Setelah Pandemi: Dampak Pembelajaran dan Pengaruh Teknologi

 

Viva Nur'aini, S.Pd.
Guru Matematika SMAN 2 Jember

Pandemi COVID-19 telah mengubah dunia pendidikan secara dramatis. Pembelajaran online menjadi norma baru, dan siswa mengalami perubahan karakter yang signifikan sebagai hasilnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut meliputi kehilangan figur teladan guru, kurangnya pendampingan dari orang tua, penggunaan waktu luang yang berlebihan untuk permainan ponsel, kurangnya target pencapaian akademik, interpretasi yang salah terhadap kurikulum merdeka, kemajuan teknologi yang pesat, keterbukaan di media sosial, dan rendahnya kontrol.

Pertama, pembelajaran online telah menghilangkan kehadiran langsung guru di ruang kelas. Guru adalah sosok yang memberikan bimbingan, inspirasi, dan contoh bagi siswa. Kehilangan interaksi tatap muka dengan guru mengakibatkan kurangnya sosok teladan yang bisa dijadikan panutan oleh siswa. Hal ini dapat berdampak pada perubahan karakter mereka, termasuk menurunnya motivasi belajar, kurangnya disiplin, dan kurangnya rasa tanggung jawab terhadap pendidikan mereka.

Selain itu, orang tua sering kali sibuk dengan tantangan hidup yang tidak menentu selama pandemi. Upaya mereka untuk bertahan hidup seringkali mengambil waktu dan perhatian yang seharusnya diberikan kepada pendampingan dan pengawasan terhadap anak-anak mereka. Kurangnya pendampingan ini dapat menyebabkan siswa kehilangan arah dan dukungan yang diperlukan dalam pembelajaran mereka, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi perubahan karakter mereka.

Selama masa pandemi, banyak siswa menghabiskan waktu luang mereka dengan bermain ponsel dan terpaku pada media sosial. Ketergantungan pada teknologi ini bisa mengaburkan persepsi mereka terhadap dunia nyata di sekitar mereka. Mereka mungkin lupa berinteraksi dengan teman sebaya, mengabaikan tanggung jawab sehari-hari, atau bahkan kehilangan keterampilan sosial yang penting. Waktu yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan keterampilan akademik dan pribadi seringkali terbuang sia-sia di dunia maya.

Selanjutnya, tanpa adanya target atau sasaran dalam belajar, siswa mungkin kehilangan motivasi intrinsik untuk meningkatkan pengetahuan mereka. Dalam konteks pembelajaran online yang terkadang kurang terstruktur, siswa dapat merasa terombang-ambing dan kehilangan tujuan yang jelas. Hal ini dapat mengakibatkan kebosanan, kehilangan minat, dan penurunan semangat belajar.

Kurikulum merdeka, yang diperkenalkan dalam upaya untuk memberikan fleksibilitas dan relevansi dalam pendidikan, juga dapat menyebabkan perubahan karakter siswa jika salah diinterpretasikan. Jika siswa tidak memahami dengan baik atau mengambil pendekatan yang salah terhadap kurikulum ini, mereka mungkin berpikir bahwa mereka bebas sepenuhnya dari tanggung jawab akademik atau meremehkan pentingnya pembelajaran tertentu. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya kedisiplinan, keengganan untuk belajar, dan kurangnya kualitas hasil belajar.

Selanjutnya, kemajuan teknologi yang pesat telah mempengaruhi pola pikir siswa. Akses yang mudah dan luas ke informasi dan hiburan digital dapat mengubah cara siswa berpikir, menerima informasi, dan berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka. Teknologi yang canggih juga dapat mempengaruhi konsentrasi, kecerdasan emosional, dan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Keterbukaan di media sosial juga dapat mempengaruhi karakter siswa. Mereka terpapar dengan beragam pandangan, pengaruh, dan informasi dari berbagai sumber. Terkadang, informasi yang diterima tidak selalu akurat atau positif. Paparan yang berlebihan terhadap konten negatif atau merugikan dapat mempengaruhi sikap, nilai, dan keyakinan siswa.

Terakhir, rendahnya kontrol dalam lingkungan pembelajaran dapat mempengaruhi perubahan karakter siswa. Dalam pembelajaran online, guru dan orang tua mungkin menghadapi kesulitan dalam mengawasi dan mengontrol aktivitas siswa secara efektif. Kurangnya kontrol ini bisa mengarah pada perilaku yang tidak diinginkan, seperti penundaan pekerjaan, penggunaan yang tidak tepat terhadap teknologi, atau hilangnya fokus pada tugas akademik.

Dalam menghadapi perubahan karakter siswa yang diakibatkan oleh faktor-faktor tersebut, perlu adanya upaya kolaboratif antara guru, orang tua, dan lembaga pendidikan. Guru perlu menciptakan lingkungan pembelajaran online yang menarik dan memotivasi, serta memberikan bimbingan dan dukungan yang memadai. Orang tua perlu mengalokasikan waktu untuk mendampingi dan memantau pembelajaran anak-anak mereka, sambil memastikan keterlibatan yang positif dalam penggunaan teknologi. Lembaga pendidikan perlu mengevaluasi dan mengadaptasi kurikulum merdeka untuk memastikan pemahaman yang benar dan tetap menekankan pentingnya tanggung jawab akademik.

Sebagai penutup, kesimpulan dari uraiana diatas bahwa Pandemi COVID-19 telah mengubah karakter siswa secara signifikan. Pembelajaran online, kehilangan sosok teladan guru, kurangnya pendampingan dari orang tua, penggunaan waktu luang yang berlebihan untuk permainan ponsel, kurangnya target pencapaian akademik, interpretasi yang salah terhadap kurikulum merdeka, kemajuan teknologi yang pesat, keterbukaan di media sosial, dan rendahnya kontrol, semuanya mempengaruhi perubahan ini. Dalam menghadapi perubahan tersebut, kolaborasi antara guru, orang tua, dan lembaga pendidikan diperlukan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif dan mendukung, serta memperkuat karakter siswa untuk menghadapi masa depan.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar dengan menerapkan 5B (Berbagi Belajar dengan Baik dan Benar dan Bermanfaat) Terimakasih.